PAMESA
PALANG MERAH REMAJA SMA PGRI 1 NGAWI
Selasa, 03 November 2015
Rabu, 23 April 2014
KARTINI'S DAY SMARISA NGAWI 2014
RADEN AJENG KARTINI
Kartini adalah pejuang kaum wanita yang berjasa memperjuangkan kaumnya. Ia berjuang membuat derajat wanita setara dengan kaum laki-laki. Dia juga memberantas kebodohan dan memajukan kaumnya. Kartini juga ingin memperoleh kebebasan. Ia sosok wanita yang berani. Dia juga senang berteman. Kita perlu mengenal kartini lebih dalam karena jasa-jasanya dan tekadnya yang kuat.
Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad dan perbuatanya .Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu.
Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus dia mampu mengubah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Penderitaan perempuan Jawa yang dunianya sebatas tembok rumah dan bersedia untuk dimadu kini bisa bebas untuk berpartisipasi di segala bidang.
Tanggal 21 April, Bersama SMA PGRI 1 Ngawi, kita memperingati kelahiran Raden Ajeng Kartini seorang pejuang tokoh wanita. Dia seorang figur yang baik dan harus kita teladani dalam kehidupan sehari – hari. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa pahlawannya.
SELAMAT HARI KARTINI
SMARISA Ngawi memperingati Hari Kartini dengan cara yang berbeda, smarisa menggelar teatrikal Perjuangan Kartini di area parkir Pasar Besar Ngawi. Kegiatan ini meliputi penampilan teater, tari tradisional dan modern dance serta penampilan lain seperti olah vokal dan puisi. Di akhir acara, Bersama Smarisa, blusukan ke pasar sambil bagi bunga. Berikut foto jurnalis hasil liputannya :
Jumat, 20 Desember 2013
PAMESA OUTBOND TRAINING AND GATHERING ORGANIZATION 2013
Outbond Training
Permainan Ular Sarung
Permainan Pindah Bola
Senam Ceria
Senam Ceria
Perjalanan Ke pabrik
Penjelasan Pemandu Pabrik tentang pembuatan teh.
Penjelasan Pemandu Pabrik tentang pembuatan teh.
(Kunjungan ke PT. Candi Loka)
Penyematan Scraft tanda PMR WIRA
Penyematan Scraft tanda PMR WIRA
Outbond Training and Gathering Organization
Palang Merah Remaja SMA PGRI 1 Ngawi
Tahun Kepengurusan 2013 / 2014.
Rabu, 06 November 2013
SEMINAR PENDIDIKAN REMAJA "The Queen's Classroom"
SMARISA, Ngawi, Jawa Timur. (2/11/2013). nih diye tampil gaya anak PAMESA SMARISA alias Palang Merah Remaja SMA PGRI 1 Ngawi, yang baru aja punya gawe nihh... Dua acara sekaligus jadi satu, yoiku, PAMESA AWARDS 2013 dan Seminar Pendidikan Remaja "The Queen's Classroom" yang dibawakan oleh Drs. Tito Setya Budi, M. Si asal Sragen punya.
Acara bergengsi ini dihadiri oleh seluruh siswa SMARISA, Siswa siswi Perwakilan SMP se-Kab. Ngawi, Perwakilan SMA/SMK se-kab. Ngawi, tamu undangan dan kepala instansi lainnya. sebanyak 300an penonton menjadi saksi kemeriahan PAMESA AWARDS 2013, yang pada tahun ini memberikan sebanyak 5 piala dari berbagai kategori, diantaranya, Kepemimpinan dan Organisasi, Kreatifitas, hubungan sosial, keaktifan dan tak kalah serunya kategori guru pendamping kegiatan terfavorit.
Acara ini dibuka dengan tarian Srampat yang dibawakan oleh temen2 PAMESA. dan disusul dengan berbagai tampilan - tampilan lain seperti vokal, tari, liputan seputar SMARISA, dan juga pembacaan nominasi serta pembagian doorprise.
Acara ini bertujuan untuk membangun motivasi serta rasa percaya diri remaja berbasis talenta, sesuai dengan tema kegiatan ini. Terutama bagi siswa siswi yang mengikuti ekskul PMR atau populer dengan sebutan PAMESA. Gedung Notosuman Watualang menjadi saksi kemeriahan dan kemegahan acara yang spektakuler persembahan PAMESA. "Acaranya seru banget, kaya acara di tivi gitu deh, serasa nonton di SCTV Awards..." Ucap Risa, salah satu peserta dari SMP Ngawi. Acara ini diharapkan bisa menjadi agenda tahunan, tambahnya. Selaku Pembina PMR Wahyudik, S. Pd atau sering disapa Pak Chan menjelaskan bahwa kegiatan luar biasa ini merupakan jerih payah anak didiknya yaitu peserta PMR WIRA SMARISA Ngawi.
"Ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah sukses tahun lalu di Kampus SMARISA, dan Pendopo Wedya Graha Kab. Ngawi." Tutur Pak Chan usai acara tersebut.
acara yang berdurasi 3 jam tersebut berhasil menghipnotis para pesertanya seakan mereka melihat distasiun tivi. Apalagi saat penayangan Seputar SMARISA yang diadopsi dari berita Seputar Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta di Indonesia.
Liputan Jurnalistik PAMESA SMARISA melaporkan dari gedung Notosuman Ngawi.
Prod. 2013.
Acara ini dibuka dengan tarian Srampat yang dibawakan oleh temen2 PAMESA. dan disusul dengan berbagai tampilan - tampilan lain seperti vokal, tari, liputan seputar SMARISA, dan juga pembacaan nominasi serta pembagian doorprise.
Acara ini bertujuan untuk membangun motivasi serta rasa percaya diri remaja berbasis talenta, sesuai dengan tema kegiatan ini. Terutama bagi siswa siswi yang mengikuti ekskul PMR atau populer dengan sebutan PAMESA. Gedung Notosuman Watualang menjadi saksi kemeriahan dan kemegahan acara yang spektakuler persembahan PAMESA. "Acaranya seru banget, kaya acara di tivi gitu deh, serasa nonton di SCTV Awards..." Ucap Risa, salah satu peserta dari SMP Ngawi. Acara ini diharapkan bisa menjadi agenda tahunan, tambahnya. Selaku Pembina PMR Wahyudik, S. Pd atau sering disapa Pak Chan menjelaskan bahwa kegiatan luar biasa ini merupakan jerih payah anak didiknya yaitu peserta PMR WIRA SMARISA Ngawi.
"Ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah sukses tahun lalu di Kampus SMARISA, dan Pendopo Wedya Graha Kab. Ngawi." Tutur Pak Chan usai acara tersebut.
acara yang berdurasi 3 jam tersebut berhasil menghipnotis para pesertanya seakan mereka melihat distasiun tivi. Apalagi saat penayangan Seputar SMARISA yang diadopsi dari berita Seputar Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta di Indonesia.
Doc. (Gambul, smarisa)
Doc. (Gambul, Smarisa)
Liputan Jurnalistik PAMESA SMARISA melaporkan dari gedung Notosuman Ngawi.
Prod. 2013.
REMAJA
DAN CITA-CITANYA
Oleh:
Tito
S. Budi
Seandainya
pasangan musisi Ahmad Dani dan Maia tak bercerai, apakah AQJ alias Dul bakal
main kebut-kebutan pakai mobil mewah yang akhirnya menghilangkan nyawa manusia?
Seandainya berada dalam lingkungan pergaulan yang sehat, penuh kasih-sayang
dari orang tua masing-masing, apakah anak-anak siswa SMP 4 Jakarta akan
memproduksi video-porno yang menggemparkan itu?
Sebaliknya,
seandainya tidak dihimpit kemiskinan di masa remaja, apakah Chairul Tanjung
menjadi raja televisi dan konglomerat kondang? Begitu juga, seandainya dulu
tidak hidup di bantaran sungai dan mengawali kariernya sebagai buruh mebel,
apakah Jokowi akan menjadi gubernur DKI?
Terlalu
banyak contoh orang-orang yang sukses maupun gagal dengan latar-belakang yang
beragam. Ada pejabat, orang kaya, tapi anaknya jatuh miskin dan sengsara. Ada
orang kecil, miskin, anaknya menjadi pengusaha sukses atau pejabat negara. Ada
orang kaya yang anaknya bisa mewarisi kekayaan orang tuanya, melanjutkan
usahanya, dan akhirnya juga menjadi orang kaya. Ada orang miskin yang anaknya
mewarisi kemiskinannya, dan tetap menjadi orang miskin.
Hidup
adalah pilihan. Itu kata orang bijak. Sedihnya, ada yang sadar akan pilihan
hidupnya. Tapi banyak yang tak sadar kelak menjadi apa.
Di
zaman saya, hanya ada dua macam cita-cita paling top, ialah menjadi dokter dan
insinyur. Apakah hari ini masih berlaku?
Dulu,
dokter itu menjadi ikon orang kaya, bermobil bagus dan berumah mewah. Sekarang?
Sudah sulit ditemui lulusan Kedokteran yang begitu lulus, buka praktik langsung
laris dikerubuti pasien. Lulusan teknik sipil banyak yang menganggur, atau
bekerja di sektor-sektor yang bukan bidangnya.
Cita-cita
remaja sekarangpun menjadi beragam. Dengan begitu justru melesat jauh lebih
luas dan lebih tinggi. Mereka bisa bercita-cita menjadi bupati, walikota,
gubernur, menteri, bahkan presiden. Bisa bercita-cita menjadi penyanyi,
pembalap, pelawak, dukun, atau tukang sulap (istilah kerennya mentalis) seperti
Deddy Corbuzier.
Semua
cita-cita sah. Tak ada yang melarang.
Hanya
masalahnya, cukupkah cita-cita digantung setinggi langit tanpa upaya meraihnya?
(Memangnya salah apa cita-cita sampai digantung setinggi langit?).
Percaya
diri, itu harus! Seorang petinju sudah kalah sebelum bertanding tanpa percaya
diri untuk menang. Tapi percaya diri tanpa melihat relitas, pijakan nyata,
hanya akan membuat frustrasi diri dan cemoohan orang lain.
Ingat,
setiap anak memiliki latar-belakang hidup yang berbeda-beda. Latar belakang,
lingkungan di masa kecil dan remaja, memiliki pengaruh besar dalam perkembangan
kejiwaan. Karenanya, keterbukaan, saling berbagi, niscaya bisa menjadi sumber
inspirasi dan kekuatan.
Saya
sempat membaca tulisan para remaja dari benua Amerika yang terkumpul dalam buku
Teen Ink, More Voices, More Visions
yang disusun oleh Stephanie H. Meyer dan John Meyer. Isinya macam-macam. Ada
yang berkisah soal keluarga, cinta, tantangan, imajinasi, masa-masa di sekolah,
kenangan hidup, dsb. Tulisan yang benar-benar menyentuh. Misalnya tentang anak
dari keluarga negro dari Mexico yang diadopsi oleh keluarga kulit putih di New
York. Kemudian tentang seorang anak remaja yang kehilangan kakak karena
kecelakan dan selalu sedih setiap melihat sepatu yang teronggok sepi.
Berbagi
cerita, berbagi pengalaman, saya kira adalah bagian dari pergaulan remaja yang
sehat. Banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk merancang masa depan,
meraih cita-cita. Dan sulit membayangkan peraihan cita-cita melewati aksi-aksi
membuat video porno, kebut-kebutan di jalanan, mabuk-mabukan, dan pesta
narkoba.
Mengenal
diri-sendiri, menjajaki kemampuan diri, menimbang talenta personal, adalah
bagian dari upaya paling konkret untuk meraih cita-cita.
Saya
percaya keinginan setiap manusia ialah mencapai kebahagiaan dunia akherat.
Kalimat ini gampang diucapkan tetapi tak mudah dirumuskan. Tapi satu hal yang
jelas, tak ada satupun manusia yang bercita-cita menjadi sengsara.
Masa
remaja adalah masa yang paling indah. Itu sepotong lirik lagu bikinan Koes
Plus. Sebuah lagu lama – kalian belum lahir saat lagu itu diciptakan – yang
bisa melampaui zaman. Hanya sayangnya, ada yang salah dalam menafsirkan
keindahan masa remaja itu.
Mudah-mudahan
Anda tak termasuk yang salah tafsir itu.
Disampaikan dalam Seminar Motivasi Pendidikan Remaja
di Gedung Notosuman, Ngawi
Sabtu,
2 November 2013
produksi @
PAMESA SMARISA NGAWI
2013
Selasa, 24 September 2013
DIKLAT PMR SMARISA NGAWI
Ngawi, 21/9/2013,
Dimulai dari perjalanan jelajah sore di kota Ngawi yang saat itu sangat panas dan kering, Pamesa beserta jajarannya melangkahkan kaki dari SMARISA tercinta menuju Basecamp Komunitas Hijau Ngawi. Diklat PMR tahun ini bertema "Cinta Lingkungan Hijau". Tepat pukul 16.00 waktu setempat, regu demi regu diberangkatkan. "Memang ekskul PMR di SMARISA Ngawi ini saya bimbing untuk menjadi SDM yang tangguh dan kreatif" Tutur Wahyudik, S. Pd sebagai pembina PMR dan Komando Lapangan. Perjalanan yang ditempuh
sekitar 20 Km itu tidak hanya sekedar berjalan saja, melainkan ada kewajiban yang harus dilaksanakan oleh peserta. ada dua kewajiban yang dibebankan yaitu yang pertama apabila selama perjalanan menemui orang atau kelompok yang mengalami kesulitan maka peserta wajib membantunya. Yang kedua selama perjalanan mereka harus mencari minimal dua buah benda atau apapun yang dianggap unik dan bisa menghasilkan karya yang kreatif. Tentunya selama perjalanan itu tidak lepas dari kepengawasan panitia dan pembina.
Mentari mulai bersembunyi di pelaminannya, para peserta pun mulai sampai ke titik finish. Tiada tampak lelah diraut wajah mereka. "Di jalan kami enjoy, senang bisa melihat liha pemandangan sawah yang baru ini saya nikmati" oceh novi kala mendekati titik finish.
Malam harinya, kegiatan berlanjut sharing dengan para pengurus Komunitas Hijau Ngawi. Meraka pun antusias mendengarkan dan tak malu malu untuk bertanya dan mengajukan saran dan usulan menarik untuk Komunitas Hijau. Acara sharing ini langsung dibawakan oleh ketua Kominitas sendiri. "Kami sangat senang SMARISA berkenan berkunjung ke sini, terima kasih atas saran yang luar biasa itu, dan SMARISA ini adalah sekolah pertama di Ngawi yang mengunjungi tempat kami (Komunitas Hijau.red.)
(Doc. Fenk MTV)
Sebelum fajar menyingsing mereka menikmati sejuknya udara Ngawi di dalam terminal Kertonegoro. Ketika suasana masih sepi mereka menyempatkan diri untuk berfoto-foto bersama para pendamping kegiatan. "Ternyata luas ya..." celetuk Elly disela-sela foto bersama yang ternyata baru pertama kali dia masuk terminal Ngawi...
Di puncak acara diisi dengan penanaman pohon pada lahan Komunitas Hijau yang diberikan hak pengolahan kepada PMR SMARISA Ngawi. "Ini adalah wujud kesungguhan kami dalam menjalankan sapta prinsip palang merah utamanya terhadap lingkungan alam sekitar mereka." Tegas Wahyudi yang sering dijuluki Mas Chan.
Tim Liputan SMARISA Ngawi melaporkan dari area Komunitas Hijau Ngawi.
Redaksi @2013.
Dimulai dari perjalanan jelajah sore di kota Ngawi yang saat itu sangat panas dan kering, Pamesa beserta jajarannya melangkahkan kaki dari SMARISA tercinta menuju Basecamp Komunitas Hijau Ngawi. Diklat PMR tahun ini bertema "Cinta Lingkungan Hijau". Tepat pukul 16.00 waktu setempat, regu demi regu diberangkatkan. "Memang ekskul PMR di SMARISA Ngawi ini saya bimbing untuk menjadi SDM yang tangguh dan kreatif" Tutur Wahyudik, S. Pd sebagai pembina PMR dan Komando Lapangan. Perjalanan yang ditempuh
sekitar 20 Km itu tidak hanya sekedar berjalan saja, melainkan ada kewajiban yang harus dilaksanakan oleh peserta. ada dua kewajiban yang dibebankan yaitu yang pertama apabila selama perjalanan menemui orang atau kelompok yang mengalami kesulitan maka peserta wajib membantunya. Yang kedua selama perjalanan mereka harus mencari minimal dua buah benda atau apapun yang dianggap unik dan bisa menghasilkan karya yang kreatif. Tentunya selama perjalanan itu tidak lepas dari kepengawasan panitia dan pembina.
Mentari mulai bersembunyi di pelaminannya, para peserta pun mulai sampai ke titik finish. Tiada tampak lelah diraut wajah mereka. "Di jalan kami enjoy, senang bisa melihat liha pemandangan sawah yang baru ini saya nikmati" oceh novi kala mendekati titik finish.
Malam harinya, kegiatan berlanjut sharing dengan para pengurus Komunitas Hijau Ngawi. Meraka pun antusias mendengarkan dan tak malu malu untuk bertanya dan mengajukan saran dan usulan menarik untuk Komunitas Hijau. Acara sharing ini langsung dibawakan oleh ketua Kominitas sendiri. "Kami sangat senang SMARISA berkenan berkunjung ke sini, terima kasih atas saran yang luar biasa itu, dan SMARISA ini adalah sekolah pertama di Ngawi yang mengunjungi tempat kami (Komunitas Hijau.red.)
(Doc. Fenk MTV)
Sebelum fajar menyingsing mereka menikmati sejuknya udara Ngawi di dalam terminal Kertonegoro. Ketika suasana masih sepi mereka menyempatkan diri untuk berfoto-foto bersama para pendamping kegiatan. "Ternyata luas ya..." celetuk Elly disela-sela foto bersama yang ternyata baru pertama kali dia masuk terminal Ngawi...
Di puncak acara diisi dengan penanaman pohon pada lahan Komunitas Hijau yang diberikan hak pengolahan kepada PMR SMARISA Ngawi. "Ini adalah wujud kesungguhan kami dalam menjalankan sapta prinsip palang merah utamanya terhadap lingkungan alam sekitar mereka." Tegas Wahyudi yang sering dijuluki Mas Chan.
Tim Liputan SMARISA Ngawi melaporkan dari area Komunitas Hijau Ngawi.
Redaksi @2013.
Langganan:
Postingan (Atom)